
kendaraan baru

Setiap orang adalah guru, yang baik ambillah, dan yang buruk hindarilah.
Pertama, Seragam yang bermacam-macam jenisnya memberatkan bagi keluarga miskin. Di TK anak saya, misalnya, seragam sekolahnya saja mencapai 300.000 rupiah (tahun 2008). Sementara gaji bulanan ayahnya yang guru adalah 500.000 rupiah.
Kedua, Seringkali siswa disibukkan dengan masalah seragam. Seragam kotor, masih basah, tereselip entah kemana, membuat siswa tidak dapat berangkat sekolah. Kalau dipaksa ke sekolah dengan seragam berbeda, dia akan merasa minder sehingga mempengaruhi kualitas belajarnya. Saat mengetahui seragam yang dipakainya keliru, giliran anak saya bersungut-sungut...
Kelima, kebanggaan
Keenam, secara fisik boleh jadi begitu, meski sebenarnya lebih tepat disebut keseragaman. Sedangkan persatuan dan kesatuan itu adalah hal yang intrinsik, sehingga
sekali lagi perlu dibuktikan bagaimana perasaan siswa saat diberikan pilihan antara berseragam sekolah atau berpakaian bebas (demi obyektivitas, penelitian sebaiknya juga meliputi mahasiswa).Anda pernah menonton TV dong, bagaimana senioritas terkadang membuat mereka merasa berhak menganiaya para juniornya.
Ketujuh, saya tidak melihat pentingnya membedakan jenjang pendidikan dari TK hingga SMA. Kalau identitas itu diperlukan, mungkin untuk mengetahui identitas sekolahnya saja.
Kedelapan, saya setuju dengan pemantauan ini. Dalam kasus masuknya
Kesembilan, logikanya agak aneh. Bagaimana dengan mahasiswa, apakah dengan tanpa berseragam mereka akan merasa liar? Perlu dilakukan penelitian untuk mengukur pengaruh seragam terhadap penurunan pelanggaran susila.
Foto diatas mahasiwa bisa tampil rapi dan disiplin meski tanpa seragamPertama, hemat, sehingga terjangkau oleh rakyat miskin
Kedua, tidak membebani psikologi siswa pada hal yang tidak berkaitan langsung dengan pendidikan. Mereka perlu fokus kepada pelajaran, tidak perlu dialihkan kepada hal lain yang tidak penting.
Foto disamping: Di banyak sekolah di Jepang, dan AS, siswa SD hanya diwajibkan berseragam pada saat olah raga.
Ketiga, keterbukaan. Siswa dapat tampil apa adanya, sesuai dengan karakter dan kesukaan mereka. Guru dapat melihat bagaimana masing-masing
Keempat, keindahan. Siswa dapat tampil serapi atau semenarik mungkin (dalam batas kesopanan). Ini adalah hal alamiah yang dimiliki oleh seorang anak muda.
Kelima, memunculkan toleransi. Siswa dapat tampil sesuai dengan kebiasaan/ budaya keluarganya, sehingga semua siswa akan dapat melihat kenyataan bahwa masing-masing itu berbeda, dan mereka akan berlatih untuk menghargai perbedaan. Bila ada siswa yang kurang mampu, maka tentu akan dapat dikenali, disini siswa yang lain dapat segera memberikan respon positif misalnya berupa bantuan.
If I may say three words about him, those will be: modest, spiritful, and inspiring!Tidak kusangka bahwa George Meegan yang kutemui adalah orang yang sangat luar biasa,