• A boat with beautiful sunset.
  • Tree in field with blue sky.
  • Amaizing sunrise moment

Download

Berita

New Design

Recent Post

Selasa, 22 Desember 2009
no image

Merokok Itu Hukumnya Haram

Seringkali mengingatkan orang berhenti merokok amatlah susah, nah berikut ini adalah karya desain digital yang dibumbui humor yang menyindir para perokok. Bila bisa mengingatkan agar berhenti, Alhamdulillah… bila tidak, sedikitnya kita sudah berusaha mengingatkan.

1. Merokok dapat menurunkan berat badan (dengan mengurangi satu demi satu paru-parunya)

2. Merokok dapat memutuskan hubungan sosial (karena perokoknya mati)

3. Sebenarnya sih… kamu dirokok!

4. Ingin melihat bagaimana wajahmu setelah mati?

5. Jagalah kebersihan, jangan buang abu rokok sembarangan…

Masih ada 35 gambar lagi di sini
[*] Sebarkan yuk!
no image

Visiting Shodoshima

Visiting shodoshima was a great experience for me. Even though the places that we visited were not big, but they impressed me. In Olive garden is the first time I touch olive fruit which I heard thousand times. I didn’t even think that people can make chocolate and cake from it.

The old Japanese village was really amazing. I have been dreaming of that kind of village before. I read it in novels, saw it in movies, and it was only then I feel the real atmosphere. The old Japanese school building reminds me to my school. It brings back all my imagination of how Japan was. It is good that this site is preserved very well, it is just too bad that I do not have sufficient Japanese to understand about the story behind those sites I have visited.

I wish I could have more chances visiting Japanese historical sites. And I also wish, there is an English pamphlet or English-speaking guide to tell me about those sites.
Minggu, 13 Desember 2009
no image

Abi! langitnya disapu... sama malaikat!

Teriak anak sulungku sejurus setelah dia keluar pintu. Lalu dia masuk sambil tersenyum-senyum kagum, “kok bisa ya?”

“Pertanyaan yang sama menggelitik hatiku, nak, tetapi tentang dirimu...,” batinku. Kok bisa kamu mengambil kesimpulan seperti itu. Fatih berusia baru 5 tahun saat ‘kesadaran’ tentang malaikat ini terucap dari bibirnya. Meski aku tahu, itu mungkin sekedar prasangka anak-anak, namun anak-anak yang spesial.

Orang dewasa mungkin akan meluruskan prasangka itu dengan informasi yang ilmiah, bahwa awan itu digerakkan angin. Kesibukan keseharian membuat orang dewasa selalu berpikir logis, menurut anggapannya, yakni mencerna segala dengan dunia.

Mudah-mudahan kelak kesadaran ini menguat dalam dirimu, nak.
Senin, 21 September 2009
Ramadhan di Jepang

Ramadhan di Jepang

Ramadhan tahun ini lebih berat rasanya buat saya. Musim panasnya membuat kulit terbakar di suhu rata-rata 35 derajat celcius, dengan siang hari yang lebih panjang. Subuh dimulai jam 3 dan Maghrib baru menjelang pukul 7.30. Pernah saya terheran-heran dengan suasana jam 6 sore yang terang-benderang sementara saya sudah bersiap-siap wudhu untuk menunaikan sholat maghrib.

Beruntung permulaan puasanya di akhir musim panas. Semakin dekat ke musim gugur suhu berangsur sejuk dan siang harinya memendek, hari terpanjangnya cuma 15 jam sehari.

Yang menjadikan puasa di Jepang lebih berat bukan cuma waktunya yang lebih panjang tetapi juga sepinya dari gairah Ramadhan. Tinggal di daerah pedesaan Kato-shi, komunitas Muslim disini hanya bertiga; saya dan keluarga, seorang teman dari Brunei Darussalam dan seorang lagi dari Uzbekistan, negara asal Bukhari sang perawi hadits terkenal.

Masjid terdekat ada di Kobe, kurang lebih 55 km jauhnya yang dapat ditempuh 1 jam dengan mobil pribadi. Dengan jarak seperti itu, praktis kami tidak pernah berangkat sholat tarawih di masjid. Lagipula untuk ke sana ongkosnya tidak murah, pulang-pergi memakan biaya sekitar \2.500 (bila dikurskan dengan Rp 100,- per yen sama dengan Rp 250.000,-) Bagi mahasiswa seperti saya, jumlah itu adalah jatah belanja selama seminggu. Namun mau tak mau kami bertiga memaksakan untuk bisa sholat Jumat, karena hukumnya wajib bagi laki-laki.

Internet adalah satu-satunya cara mengobati kerinduan akan siaran siraman rohani melalui streaming stasiun televisi atau radio dari tanah air. Bahkan adzan pun hanya bisa saya dengar dari software adzan di komputer. Tidak ada lantunan tadarus Qur’an dari tetangga kanan-kiri yang kebanyakan berasal dari Korea atau Cina lantaran mereka atheis.

Pada beberapa kesempatan saya ditanyai oleh orang Jepang hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Yang paling sering adalah perihal jilbab, makanan halal, puasa, dan minuman beralkohol. Mereka selalu heran melihat wanita muslimah yang berjilbab meski di cuaca yang panas. Biasanya bila mulai bertanya, bisa cerewet seperti anak kecil. Seperti kenapa menutup kepala, siapa yang harus melakukannya, mulai umur berapa, boleh tidak dilepas, dan seterusnya. Teman-teman muslimah yang kesulitan menjelaskan dari sisi syariatnya, banyak yang akan beralih ke alasan dari sisi keuntungan jilbab adalah melindungi dari sinar matahari.

Bila saya memberitahu bahwa saat bulan Ramadhan seorang Muslim tidak makan dan minum selama siang hari, mereka akan bersimpati “daijoubu?” (tidak apa-apa?) tanyanya, dan setelah dijelaskan maka biasanya komentarnya, “Wah, bagus juga untuk diet.” Seorang teman memuji bahwa puasanya orang Islam benar-benar bersungguh-sungguh, sebab puasa yang dikenalnya hanyalah larangan makan daging tetapi dia masih bisa menikmati seafood yang justru lebih dia sukai, candanya.

Berbuka puasa di masjid Kobe benar-benar membuat siapapun akan merasakan ukhuwah Islamiyah. Selain karena disana kami bisa melepas keterasingan di tengah budaya Jepang dengan bertemu dengan saudara-saudara seiman dari manca negara, menu buka puasa juga sangat menarik. Tiap hari masakan-masakan dari Muslim pendatang digilir, dan yang paling menjadi favorit adalah hari Selasa, yakni menu masakan Arab.

Ada kalanya orang Jepang tertarik untuk mengetahui tata cara ibadah kaum Muslim. Saya pernah diundang untuk berbuka puasa bersama mereka. Saat bertamu untuk jamuan makan di rumah hostfamily (keluarga persahabatan) saya harus terlebih dulu menjelaskan bahwa saya muslim, tidak minum alkohol, dan tidak makan daging kecuali yang berlabel halal. Lalu mereka akan merinci dengan berondongan pertanyaan lain, “Bagaimana dengan buah? Sayuran? Ikan? Telur?” dan seterusnya. Setelah jelas maka mereka akan rela repot untuk mencarikan makanan yang persis seperti kebutuhan saya. Bahkan saya sempat terkejut ketika mereka menunjukkan kerupuk udang, nasi goreng, dan bumbu gado-gado dari Indonesia yang mereka beli lalu menanyakan apakah makanan itu boleh dimakan. “Daijoubu,” jawab saya. Tetapi dengan menu sushi dan masakan khas Jepang lainnya, tidak pas rasanya kalau dicampur-campur.

Menjelang hari raya, tidak ada rencana mudik atau silaturrahim ke rumah saudara, karena terlalu mahal ongkosnya. Kami cuma bisa berkumpul bersama teman-teman dari Indonesia yang akan menyelenggarakan sholat Id bersama di KJRI Osaka, sambil berharap Idul Fitri kali ini tidak akan terjadi perbedaan lagi.

Kamis, 10 September 2009
no image

Perjalanan Liberalisme di Indonesia

Di awal kemerdekaan Indonesia semangat jihad melawan penjajah begitu kental. Seruan untuk mengusir penjajah berkobar dari pesantren. Kalangan santri menjadi pelopor dalam memperjuangkan kemerdekaan. Tak heran bila di awal berdirinya negara Indonesia, berbagai seruan yang mendukung untuk dibentuknya negara Islam bergaung cukup signifikan. Ini dibuktikan dengan besarnya jumlah dukungan pada partai politik Islam yang mendukung konsep negara Islam. Masyumi, NU, PSII dan semua kaum muslimin yang berafiliasi pada santri saat itu mendukung gagasan negara Islam.

Sayangnya kaum Muslimin miskin politikus maupun negarawan, sehingga sikap akomodatif dan toleransinya dalam pemerintahan dimanfaatkan segelintir orang untuk membelokkan kemerdekaan ke arah demokrasi. Meski tokoh nasional seperti Natsir, Syafruddin, Roem, dan beberapa tokoh Masyumi pada awal kemerdekaan itu hampir tidak ada yang menulis demokrasi liberal. Mereka tahu apa bahaya pemikiran demokrasi liberal. Namun, mengingat lemahnya kekuatan politik kaum Muslimin, mereka terpaksa menerima label demokrasi selama mengadopsi Islam.

Meski demikian, di bawah tekanan orde lama, kekuatan Islam mengalami pergeseran setelah transisi politik dari Orde Lama ke Orde Baru, khususnya pada pemikir liberal seperti Nurcholish Madjid, Dawam Raharjo, dan lain-lain. Mereka menyerang paradigma politik Islam, dengan label-label demonologis. Meski sebetulnya hal itu sudah dimulai oleh Munawir Sadjali. Pada tahun 50-an dia menulis risalah kecil yang menolak negara Islam. Sebagai gantinya, para pengusung liberalisme ini gencar menggembar-gemborkan euforia demokrasi dari barat.

Guna menggeser gerakan syariah, Luthfi Assyaukanie mendikte bahwa demokrasi tidak akan pernah berjalan kecuali di atas platform negara sekuler: negara yang betul-betul memisahkan urusan agama dengan negara. Sehingga peran Islam dalam mengatur hukum pemerintahan perlu dimarjinalkan. Setelah tahun 80-an, dua tokoh liberal Cak Nur dan Gus Dur mulai mengkritisi negara yang terlalu ikut campur dalam urusan agama.

Meski ide sekulerisme ini banyak menimbulkan kontroversi, mengingat masih kuatnya akar budaya santri di tingkat akar rumput, namun media massa mampu membuat mereka ditokohkan dan terpublikasi. Luthfi mengklaim, “Sama seperti orang-orang Masyumi dan kaum santri pada tahun 50-an belum bisa menerima demokrasi, dan tidak bisa menolak konsep negara Islam. Sekarang ini hampir tidak ada orang yang mau menerima negara Islam. Artinya berbalik 180 derajat.”

Keberhasilan gerakan liberal dalam menggeser ide Islam ini tak luput dari dukungan media massa dan beberapa organisasi penyokong dana dari Barat seperti TAF dan universitas-universitas yang menyediakan beasiswa bagi Muslim yang berawasan liberal. Di Indonesia, Adian Husaini mengkategorikan beberapa modus gerakan liberalisme, mulai yang disebut sebagai “eceran”, yakni melalui media massa, maupun yang “partai” yakni tersistem dalam perguruan tinggi. Berarti tahapan liberalisasi Islam sudah hampir mencapai klimaksnya: sekulerisme.
Rabu, 15 Juli 2009
Penerapan Inquiry Learning pada Pelajaran Desain Grafis

Penerapan Inquiry Learning pada Pelajaran Desain Grafis

Mata pelajaran desain grafis seperti Adobe Photoshop boleh jadi disangka sangat teknis dimana untuk menghasilkan sebuah gambar garis, misalnya, seorang desainer cukup menarik pena dari satu titik ke titik lainnya. Tetapi dengan kekayaan fasilitas filter (menu) pada software desain grafis, seorang guru dapat mengajak siswa untuk menganalisa langkah-langkah baru yang tentu akan menghasilkan variasi berbeda.

Ini berangkat sejak dulu pernah saya tidak setuju dengan definisi garis yang diberikan oleh guru gambar saya, yakni “garis adalah kumpulan titik-titik yang rapat dan sejajar”. Sebab saat saya membuat garis saya tidak sedang membuat banyak titik, tul… tul… tul… tetapi satu tarikan reeet…! Dari sini saya berpikir bahwa garis itu dapat difenisikan bagaimana saja tergantung bagaimana cara orang membuatnya.

Oke, mari kita mulai saja pelajaran ini…
Tingkat Awal: Mandiri
  1. Berikan beberapa file gambar (text layer, text rasterize, dots, foto, dsb.)
  2. Minta siswa untuk mengaplikasikan salah satu filter pada semua gambar tersebut
  3. Tanyakan kepada siswa apa dampak filter tersebut terhadap gambar
  4. Minta siswa untuk mendefinisikan fungsi filter itu sendiri secara detail. Pendapat yang paling mendekati dengan dampak yang dihasilkannya adalah yang paling dapat diterima. Boleh jadi merupakan kompilasi dari beberapa pendapat.

Tingkat Lanjut: Berkelompok
  1. Tunjukkan sebuah gambar hasil manipulasi sederhana dari Adobe Photoshop disertai dengan gambar aslinya,
  2. Tanyakan kepada siswa apa yang telah dilakukan pada foto aslinya sehingga menjadi gambar manipulasi
  3. Ajak siswa untuk mencoba mempraktekkan pendapatnya tadi
  4. Di akhir percobaan, minta siswa berkomentar sekali lagi terhadap pendapat pertamanya tadi. Siswa lain akan memiliki pendapat dan pengalaman yang berbeda, mereka dapat berbagi untuk menciptakan gambar yang paling mendekati dengan gambar hasil manipulasi.

Tingkat Mahir: Individu/Berkelompok
  1. Minta siswa untuk mengerjakan satu proyek dengan memberikan gambaran terhadap hasil akhirnya. Misalnya, poster tentang demonstrasi.
  2. Minta siswa membuat rancangan perkiraan desainnya. Misalnya siswa akan membuat kesan berdarah, kekerasan, konflik, warna kusam, dan semacamnya. Guru hanya mengeksplorasi seberapa kreatifkah siswa dalam menambahkan asesori untuk menambah citra rasa desainnya. Guru tidak perlu menyarankan siswa untuk menambahkan efek api, sebab itu dapat mencampuri imajinasi siswa.
  3. Minta siswa bekerja kelompok dalam waktu yang cukup. Bila dalam beberapa pertemuan, maka minta siswa untuk membagi pekerjaan menurut elemen-elemen yang dibutuhkan. Tetapi mereka harus membicarakan konsepnya bersama-sama.
  4. Setelah selesai, siswa menunjukkan hasil kerjanya, menyampaikan alasannya memilih desain tersebut, menjelaskan filosofinya, dan teknik pembuatannya. Sementara siswa yang lain memberikan komentar atas kesannya, menyarankan teknik tertentu atau tambahan elemen yang lain.
Kenapa Inquiry Learning?
Kegiatan pada inquiry learning ini bersifat terbuka, bebas, tanpa instruksi. Guru tidak memberikan langkah-langkah yang harus ditempuh siswa. Melainkan siswa yang menemukan sendiri langkah-langkah tersebut. Keuntungan dari metode ini adalah:
  1. Mengasah kemampuan analisis siswa
  2. Membangun kemandirian siswa untuk bekerja menurut kapasitasnya sendiri
  3. Membentuk kemajemukan, sehingga satu orang dapat menghargai pemikiran dan hasil kerja yang lain.

Poin-poin hikmah ini juga perlu untuk disampaikan kepada siswa dan orang tua, supaya mereka mengetahui pada hal apa mereka telah berkembang. Misalnya, setelah siswa mempresentasikan pekerjaannya sensei menulis laporan kepada orang tua “Hikaru telah berhasil menganalisis foto abstrak, dan mampu membuat gambar serupa tanpa bantuan guru. Pada sesi presentasi dia mendapatkan kritik dari teman-temannya, namun Hikaru menerimanya dengan baik sekali. Hikaru cukup terbuka pada kritik.”

Jadi disini keuntungan bagi guru adalah:
  1. Membantu penjabaran prestasi siswa dalam memberikan penjelasan kepada orang tua
  2. Relatif lebih sedikit dalam persiapan pelajaran

Namun harus diperhatikan bahwa:
  1. Kemungkinan hasil kerja siswa berbeda dari apa yang diharapkan oleh guru. Disini guru harus terampil mengapresiasi pekerjaan siswa.
  2. Guru tidak boleh mengintervensi pekerjaan siswa, sebab bila demikian maka tujuan dari pembelajaran inquiry learning menjadi hilang.
Senin, 13 Juli 2009
Menimbang perlunya Seragam Sekolah

Menimbang perlunya Seragam Sekolah

Seragam adalah hantu bagi wali murid baru di awal tahun ajaran. Pengeluarannya yang bisa mencapai 1/4 dari total anggaran pendidikan anak. Tulisan berikut ini berusaha menimbang perlunya seragam sekolah bagi siswa TK hingga SMA. Mari kita simak artikel di bawah ini:
Foto diatas
Apa pentingnya seragam wisuda bagi siswa TK?

Artikel: Penghapusan Seragam Sekolah

Mari kita kritisi. Tanggapan berikut ini adalah terhadap artikel tersebut, dengan mempertimbangkan faktor siswa secara luas, mulai TK hingga Mahasiswa. Poin dibuat berurutan sesuai dengan nomor urut pada artikel di atas.
Tanggapan Saya

Pertama, Seragam yang bermacam-macam jenisnya memberatkan bagi keluarga miskin. Di TK anak saya, misalnya, seragam sekolahnya saja mencapai 300.000 rupiah (tahun 2008). Sementara gaji bulanan ayahnya yang guru adalah 500.000 rupiah. Belum ditambah dengan biaya yang lain yang di total mencapai 1 juta, itu pun setelah didiskon. Saya sampai bersungut-sungut...

Kedua, Seringkali siswa disibukkan dengan masalah seragam. Seragam kotor, masih basah, tereselip entah kemana, membuat siswa tidak dapat berangkat sekolah. Kalau dipaksa ke sekolah dengan seragam berbeda, dia akan merasa minder sehingga mempengaruhi kualitas belajarnya. Saat mengetahui seragam yang dipakainya keliru, giliran anak saya bersungut-sungut...

Ketiga dan keempat, kerapian dan keindahan tidak cuma bisa ditampilkan dengan seragam. Dengan pakaian bebas pun seorang siswa bisa tampil rapi dan elegan. Secara massal, memang dengan berseragam lebih indah dipandang. Misalnya saat baris-berbaris pada waktu upacara. Tetapi upacara hanya sekali dalam seminggu, dan itupun hanya beberapa jam. Lagipula, apa anda tidak pernah mendapati kalau seragam sekolah tertentu desainnya kuno?

Kelima, kebanggaan orang tua ini terhadap anaknya yang berangkat sekolah atau pada seragamnya? Perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan klaim ini.

Keenam, secara fisik boleh jadi begitu, meski sebenarnya lebih tepat disebut keseragaman. Sedangkan persatuan dan kesatuan itu adalah hal yang intrinsik, sehingga

sekali lagi perlu dibuktikan bagaimana perasaan siswa saat diberikan pilihan antara berseragam sekolah atau berpakaian bebas (demi obyektivitas, penelitian sebaiknya juga meliputi mahasiswa).Anda pernah menonton TV dong, bagaimana senioritas terkadang membuat mereka merasa berhak menganiaya para juniornya.

Ketujuh, saya tidak melihat pentingnya membedakan jenjang pendidikan dari TK hingga SMA. Kalau identitas itu diperlukan, mungkin untuk mengetahui identitas sekolahnya saja.

Kedelapan, saya setuju dengan pemantauan ini. Dalam kasus masuknya orang asing ke lingkungan sekolah ini juga beralasan. Hanya saja perlu dibandingkan dengan kampus, dimana orang umum bebas keluar masuk lingkungan sekolah sementara keamanan bisa tetap dijaga.

Kesembilan, logikanya agak aneh. Bagaimana dengan mahasiswa, apakah dengan tanpa berseragam mereka akan merasa liar? Perlu dilakukan penelitian untuk mengukur pengaruh seragam terhadap penurunan pelanggaran susila.

Foto diatas mahasiwa bisa tampil rapi dan disiplin meski tanpa seragam
Kesepuluh, saya tidak melihat signifikansi dari poin tersebut.

CATATAN: Foto diatas saya ambil dari link yang ada bila mengklik fotonya. Bila ada yang berkeberatan silakan menyampaikan pada saya melalui email giligpradhana@gmail.com
Keuntungan Bila Tanpa Seragam

Pertama, hemat, sehingga terjangkau oleh rakyat miskin

Kedua, tidak membebani psikologi siswa pada hal yang tidak berkaitan langsung dengan pendidikan. Mereka perlu fokus kepada pelajaran, tidak perlu dialihkan kepada hal lain yang tidak penting.

Foto disamping: Di banyak sekolah di Jepang, dan AS, siswa SD hanya diwajibkan berseragam pada saat olah raga.

Ketiga, keterbukaan. Siswa dapat tampil apa adanya, sesuai dengan karakter dan kesukaan mereka. Guru dapat melihat bagaimana masing-masing gaya siswa yang sebenarnya sehingga dapat memberikan penilaian tentang hal itu. Misalnya bila siswa suka mengenakan baju yang terlalu mencolok, guru bisa mendekati dan menyarankan sesuatu untuk kebaikan siswa.

Keempat, keindahan. Siswa dapat tampil serapi atau semenarik mungkin (dalam batas kesopanan). Ini adalah hal alamiah yang dimiliki oleh seorang anak muda.

Kelima, memunculkan toleransi. Siswa dapat tampil sesuai dengan kebiasaan/ budaya keluarganya, sehingga semua siswa akan dapat melihat kenyataan bahwa masing-masing itu berbeda, dan mereka akan berlatih untuk menghargai perbedaan. Bila ada siswa yang kurang mampu, maka tentu akan dapat dikenali, disini siswa yang lain dapat segera memberikan respon positif misalnya berupa bantuan.

Keenam, menciptakan obyektivitas. Ketika berbaur dengan banyak siswa yang lain, seorang tidak akan dapat dibedakan mana yang senior dan junior. Maka yang dihargai bukan lagi penampilannya, melainkan kualitas pribadinya.
Kesimpulan
Menimbang baik dan buruknya pemberlakuan seragam di sekolah, maka saya berpendapat:
  1. Jika sekolah mengadakan seragam, hendaknya memperhatikan kondisi ekonomi siswanya. Misalnya dengan membantu siswa yang kurang mampu.
  2. Seragam atau tidak, ukuran kesopanan dan kerapian hendaknya diukur dari standar Islam. Bila tidak akan terjadi perbedaan yang mencolok dan tidak perlu. Misalnya, betapa kapitalistiknya aturan "dilarang memakai sandal di kampus" lantaran dianggap tidak sopan (?) sementara yang berbaju ketat dan "kekong" (kethok bokong -maaf) dibiarkan berlalu lalang.
Jika ditanya, apakah dalam sekolah saya kelak akan menerapkan pemberlakuan seragam? saya akan jawab "hanya satu jenis seragam saja" untuk keperluan seremonial, karnaval, atau mengirim perwakilan sekolah, sementara untuk hari-hari kebanyakan siswa dibiarkan memilih baju kesukaannya untuk berangkat ke sekolah.
Nah, sekarang giliran anda mengkritisi...
Rabu, 08 Juli 2009
Meeting George Meegan

Meeting George Meegan

If I may say three words about him, those will be: modest, spiritful, and inspiring!
Tidak kusangka bahwa George Meegan yang kutemui adalah orang yang sangat luar biasa, ketika pertama kali kubaca artikelnya di internet tentang hikikomori. Ternyata dia sudah lebih dari separuh baya, ternyata dia adalah seorang sensei (bukan gakusei), ternyata dia senseinya teman-temanku, ternyata dia pemecah Guiness world of record (The Longest Walk), ternyata dia pengarang buku (Democracy Reaches the Kids), wah... belum cukup kejutannya, ketika aku mampir ke ruang kantornya masih sempat dibuat heran.

Ruangannya seperti museum, meja tamunya rusak salah satu kakinya, roda sepedanya bengkok, ha ha ha... benar-benar omoshiroi! Terakhir dia memberiku kenang-kenangan sebuah buku dan dua buah CD. Dia menyebutku "Young Gilig".

Apa yang kubicarakan dengannya insyaAllah kutulis dalam sesi yang berbeda, sekarang mengenang keunikannya dulu. Thank you George!
Kamis, 25 Juni 2009
Menutup Aurat Pria

Menutup Aurat Pria

Eh, yang wajib bukannya wanita to?
Lha, belum dapat undangan ya? Suratnya ada di An-Nuur ayat 30, berbunyi:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."
Ayat ini diletakkan duluan sebelum perintah menutup aurat bagi perempuan, yakni di Surat An-Nuur ayat 31:
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa*) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
Jadi ini adalah undangan terbuka bagi dua belah pihak, tidak ada yang merasa ketinggalan khan? (Jangan nanya untuk para banci, wadam, waria, atau sebangsanya ya). Keterangan *) yang biasa nampak adalah wajah dan telapak tangan (bagian muka dan belakang)

BUAT APA SIH
Kalau ada yang menganggap ribet, sebenarnya kamu boleh saja memodifikasi model pakaian Muslim/Muslimah supaya bisa menutup aurat dan di sisi lain praktis, modis, dan nyaman. Suer, gak ada salahnya untuk berkreasi lho! Sebab tujuan menutup aurat disini khan untuk kamu sendiri.
  1. Melindungi kamu, dari si hidung belang. Trust me, you don't know what other people think about your sexiness. Kita nggak akan tahu bagaimana pandangan orang terhadap kecantikan kita. Apa nggak sadar kalau di jalanan orang suka menjilati kecantikan lawan jenisnya? Itu pelecehan bo!
  2. Membuatmu keren. Eh, kok bisa? kamu lihat yang memakai baju ketat itu menarik perhatian khan? Tapi yang nempeli bakalan para mata keranjang. Kalau kamu ingin tampil keren di mata rekan kerja, mungkin cocoknya pakai jas. Nah, saya bersumpah demi Allah, kalau kamu menutup aurat akan tampak keren bagi orang yang bertaqwa!
  3. Kamu bisa dapat saudara baru. Di luar negeri, pas saya ketemu Muslimah, saya bisa ucapkan salam padanya. Lah, gara-gara suatu ketika ada yang pakaiannya gak beda dengan non-Muslim (alias gak menutup aurat) ya saya diamkan saja. Mana saya tahu kalau dia Muslimah? Waktu dia bersin, saya tidak mendoakannya, waktu dia makan yang mengandung babi atau みりん (khamr), saya tidak mencegahnya, intinya saya mengira dia bukan saudara saya. Coba kalau dia menampakkan identitasnya, bakal banyak temannya to?
  4. Terdaftar sebagai grupnya fans Rosul! kok malah tersenyum...? Beliau sendiri mangatakan kalau kita mencintainya, kita musti ikuti sunnah (ajaran)nya. Kalau tidak mengikuti sunnah, maka bukan golongan beliau. Lha, kalau bukan golongan Nabi khan masuk ke golongan non-Muslim. Whuuua! gue ogah masuk neraka, men!
  5. Maaf ya, ilmu saya masih dangkal... sementara ini dulu. Jadi kalau ada yang bisa nambahin silakan kirim email ke giligpradhana@gmail.com atau komentar di posting ini.
So, ladies and gentlemen, mari menutup aurat!
[Klik gambar berikut untuk memperbesar, atau link ini]
Rabu, 24 Juni 2009
Integrated Subject - Inquiry Learning

Integrated Subject - Inquiry Learning

KELAS 5 ITU hanya diisi sekitar 30 siswa, diawali sang sensei yang menempelkan topik di papan tulis. [magnetboard ini benar-benar praktis! kapan ya Indonesia mengganti blackboard dan whiteboardnya dengan ini] kemudian meminta siswa membaca keras materi yang akan dipelajari hari ini. Siswa masing-masing berdiri dan membaca keras, dan suasana seperti sarang lebah.
Kata profesor, membaca keras dilakukan agar siswa "bangun". Kadang-kadang transisi antar pelajaran mengalir kurang berirama sehingga siswa masih terbawa pelajaran sebelumnya, tidak siap menerima pelajaran baru, atau singkatnya gak ngeh.
Tema pelajaran bahasa Jepang kali ini adalah peran lebah dalam penyerbukan bunga, hmm... kurang lebih begitu lah, ya. Ampuni bahasa Jepang saya. Setelah itu sensei memberikan kesempatan siswa untuk menggarisbawahi bagian dari naskah bacaan itu yang dianggap penting bagi siswa.

Kira-kira begini, sebagian siswa menganggap bahwa kita perlu menjaga kelestarian lebah sehingga nantinya lebah itu dapat membantu penyerbukan. Siswa yang lain menganggap kita perlu membantu penyerbukan bunga itu secara langsung. Yang lain menganggap bagian yang penting adalah menjaga lingkungan secara keseluruhan, supaya baik lebah dan bunga dapat terjaga kelestariannya. Katakanlah dari masing-masing pendapat itu diwakili oleh sebuah kelompok, maka sensei mencatat pendapat masing-masing kelompok tersebut. Setelah itu beliau membagikan kertas dimana masing-masing siswa menjelaskan pendapatnya tadi. Setelah 10 menit berlalu, beberapa siswa diminta untuk menyampaikan apa yang telah dituliskannya.
Singkat cerita, tahapan pembelajaran metode ini adalah:
  1. Mengemukakan pendapat pribadi
  2. Mendiskusikan dalam kelompok
  3. Mempresentasikannya
Metode pembelajaran yang disebut dengan Inquiry Based-Learning dimana sistem pembelajaran harus didasarkan kepada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para murid, dan guru pada sistem ini memiliki tugas tidak memberikan pengetahuan namun dia memfasilitasi anak untuk dapat menemukan pengetahuan itu sendiri. Sehingga guru menjadi seorang fasilitator dibandingkan sebagai sumber pengetahuan. (Ghifti, 2009)

Gambar disamping menunjukkan sang sensei tengah memandu siswa merumuskan analisisnya. Sensei sangat supportive dan friendly terhadap siswa, sehingga mereka bekerja sama seperti teman.
Jumat, 19 Juni 2009
Keceriaan yang Takkan Kau Lupa di SD

Keceriaan yang Takkan Kau Lupa di SD

Kali ini saya datang lagi ke 小学 SD Yashiro sekitar 5 menit naik mobil bersama teman Laos diantar oleh istri Sensei-nya. Ya, selama ini aku menumpang ke kelas teman-temanku untuk bisa nyelonong ke program kunjungan sekolah mereka. Kami diberitahu bahwa di kelas 5 yang akan kami singgahi nanti, mereka akan belajar bahasa Jepang bertopikkan sejenis bunga yang pengembangbiakannya membutuhkan lebah tertentu.

Tur Sekolah
Sejenak, Sensei mengajak kami berkeliling sebelum kelas dimulai. Di sekolah ini, sepatu harus diganti sandal yang sudah disediakan oleh sekolah di genkan (dekat pintu masuk). Maka di ruang tengah ratusan sepatu siswa disimpan rapi dalam lemari. Ruang tengah ini merupakan muara ke pintu keluar menuju lapangan bermain. Ide menggunakan sandal di dalam gedung sekolah ini tidak saya mengerti betul manfaatnya. Sementara saya menganggapnya untuk membuat semirip mungkin dengan kebiasaan di rumah di Jepang. Kalau ternyata memang begitu, boleh juga untuk mengadaptasikannya di Indonesia dengan lepas sepatu -kemudian nyeker- di sekolah. Hitung-hitung menjaga kebersihan.

Kami naik ke lantai 2 dan 3, menengok kondisi kelas per kelas. Di sepanjang lorong, keceriaan tidak pernah pudar. Dinding dan kaca semuanya berhias kreasi siswa. Sensei menjelaskan bahwa di bulan Oktober nanti akan ada lomba musikal yang diikuti oleh seluruh siswa. Sehingga kelas 1 hingga kelas 6 dicampurbaurkan untuk dibagi menjadi beberapa tim dengan komposisi sama. Tim ini merancang bendera tim (gambar kanan, teman saya sedang menunjuk salah satu bendera kelas), sorak yel-yel, dan drama musikal, bahkan sampai menjahit sendiri kostumnya. Saya sudah membayangkan saat event berlangsung, pasti para penjual es dan jajanan berkerubung di pagar sekolah memanfaatkan keramaian.

Kegiatan yang Integral
Sekolah ternyata memiliki sebuah kebun yang disitu murid diajari untuk ikut bercocok tanam, memanen hasilnya, memasak, dan menyajikannya untuk orang tua. Dalam pelajaran ini ilmu alam, bahasa, dan ilmu sosial diajarkan sebagai satu pendidikan life skill.

Wah, sayangnya kelas sudah akan dimulai... jalan-jalannya besok lagi ah!
Sabtu, 13 Juni 2009
Melatih Berpikir Ala 小学 

Melatih Berpikir Ala 小学 

Beginilah Sekolah Jepang
Bersama teman dari Brunei, saya mengunjungi sebuah SD di daerah Kato-shi, Jepang. Sebuah kota kecil 50 km dari Kobe, yang kalau ditanyakan ke orang Jepang sekalipun mereka tidak banyak yang tahu.

Sekolah itu terkesan kecil dan sepi. Beberapa anak yang mungkin pulang lebih awal terlihat bermain diluar, memanggul tas kotak yang khas SD di Jepang, mengenakan boots karena hari itu gerimis mulai pagi. Saat masuk ke dalam, bukan main, semua kesan itu hilang. Lorong sekolah penuh dengan murid-murid yang mengepel lantai, menyapu, menata lemari, mengelap jendela, mereka sibuk sekali. Beberapa mahasiswa yang magang membantu dan memberi instruksi pada mereka. Rupanya sebagian waktu istirahat tiap hari adalah untuk piket. (Gambar disamping adalah suasana seusai piket)

Jangan tanya caranya mereka menyapu! Baiklah, kalau memaksa, mereka tidak-membiarkan-debu meski dibalik lemari! Oke, mungkin saya berlebihan, tapi kalau melihat sendiri, pasti kita akan malu.

Bel Masuk
Suasana kelas saat pelajaran dimulai sangat ceria, dalam ruangan yang sangat luas Saya bisa melihat ke luar dari jendela tingkat dua yang besar di seluruh dinding, sehingga lapangan bermain sekolah bisa dinikmati dari sini. Meja guru yang berada di belakang kelas seolah membuat guru akan betah berada di sana daripada di ruang guru. Lebih jauh ke belakang, bermacam-macam prakarya siswa, sehingga saya juga mengira kelas itu sekaligus laboratorium IPA mereka.

Ueda-sensei memulai pelajaran Matematika hari itu dengan sebuah pertanyaan 6 x ロ = 24 (tepatnya saya tidak begitu paham karena -tentusaja- disajikan dalam 日本語 bahasa Jepang medok). Kemudian menempelkan tiga jawaban yang sudah disiapkannya dari rumah.

Pilihan Jawaban
  • Soal A: 4 kantong, masing-masing di dalamnya dimasukkan 6 permen. Berapa jumlah semua permennya?
  • Soal B: Tiap anak membawa 6 permen. Ketika semuanya dikumpulkan, permennya berjumlah 24. Berapa anak yang berkumpul?
  • Soal C: 6 anak membawa permen, yang waktu mereka menghitung jumlah permennya, semuanya 24, berapa permen masing-masing anak itu?
Sensei menyuruh mereka membaca soal nyaring lalu mencatat. Setelah masing-masing siswa menyalin ke bukunya, sensei menanyakan pilihan dari A-B-C yang paling mewakili soal tadi. Kelas segera terpecah menjadi 3 pendapat, kira-kira 1/3 meyakini A, 1/3 memilih B, dan sisanya C. Ini yang mencengangkan... ketika sensei bertanya kenapa, siswa berebut mengacungkan tangan. Seorang anak laki-laki ditunjuk, ia berdiri dan ber-argumentasi!!! (Oh ya, apa saya lupa menyebut kalau mereka siswa kelas 3 SD?)

Tak mau kalah dengan kelompok A, anak laki-laki lain dari pemilih B menyusul berdiri dan ikut mengemukakan bagaimana jawabannya lebih mendekati kebenaran. Seorang anak perempuan kelihatannya tidak serius dengan pelajaran, ia memperhatikan kami -para peneliti- yang berdiri tenang, mencatat, serius di belakang kelas. Kehadiran para peneliti ini agak mencolok, karena jumlahnya saya hitung 1, 2, 3, ..10, 20, ...25! Dua puluh lima orang peneliti, dari mahasiswa, peserta training, sampai professor ikut nimbrung di kelas yang diikuti 30 siswa SD itu.

Ee... Anak perempuan itu berdiri, maju ke depan kelas, menerangkan jawabannya, membuat coretan-coretan di papan tulis menunjukkan poin argumentasinya. Saya ternganga. Anak lain berkacamata melawan argumentasi itu dengan menceritakan soal sambil menggambar 6 bulatan besar masing-masing diisi 4 bulatan kecil menunjukkan 6 anak dengan 4 permen. Apresiasi kelas yang cukup positif saya yakin sudah melejitkan kepercayaan diri pada penjawab-penjawab itu. Masih ternganga... anak SD-kah mereka? tanya saya retoris, tak dapat dipercaya!

Ketiga jawaban tersebut adalah benar. Sensei sedang mengeksplorasi pendekatan yang dipakai oleh siswa. Seolah terbangun dari tidur, saya membandingkan bahwa metode hafalan yang selama ini saya ajarkan sebenarnya sudah kuno:
Pendidikan kuno hanya mementingkan HASIL, Pendidikan Modern juga mementingkan PROSES.
Hikmah buat Saya
Mungkin itu sebabnya di Indonesia kemampuan untuk menyampaikan pendapat sangat terbatas, dan toleransi menerima perbedaan pendapat juga tumpul. Keesokan harinya, saya memberi PR bagi murid bahasa Inggris saya, yang ditanyakan oleh orang tuanya, "Kenapa jawaban dalam PR ini benar semua?" Saya menjawab sambil berfilosofi untuk diri sendiri, "Bahasa adalah keahlian berkomunikasi, penting bagi anak untuk memilih ekspresi mana yang paling bisa mengungkapkan pendapat pribadinya. Benar dan salah itu nanti."
Jumat, 05 Juni 2009
no image

Pertanyaan tak terjawab bagi penganut demokrasi

Sebelum menganggap bahwa cita-cita ummat Islam untuk menyatukan dunia dalam satu kepemimpinan adalah ilusi, mari kita mencoba menjawab pertanyaan ini:
  1. Sebutkan 1 negara penganut demokrasi yang paling ideal supaya semua orang yang mendebat demokrasi harus merujuk pada negara tersebut!
  2. Sebutkan 1 orang tokoh penganut demokrasi yang paling baik pemikirannya supaya menjadi patokan bagi semua orang yang ingin mendebatnya!
  3. Sebutkan 1 buku konsep demokrasi yang bisa dijadikan rujukan bagi seluruh orang di dunia.
Setelah menjawab, bersiaplah untuk mengupas jawaban itu satu persatu.

Bila pertanyaan tersebut diajukan pada 1000 orang penganut demokrasi, saya yakin akan ada 1000 jawaban berbeda. Bila itu yang terjadi, sudah jelas bahwa demokrasi hanya ada dalam mimpi para penganutnya, yang hanya akan saling klaim dan selalu menuding kepada yang lain dengan demonologi yang tidak ilmiah.
Selasa, 26 Mei 2009
Masalah Kristen: Patung itu Haram tapi Disembah

Masalah Kristen: Patung itu Haram tapi Disembah

Setelah membaca kontroversi patung Yesus di Italia, mestinya kita bertanya sudahkah Kaum Nasrani mengetahui perintah ini dalam Al-Kitab?

Haruslah engkau memusnahkan sama sekali patung-patung berhala buatan mereka, dan tugu-tugu berhala mereka haruslah kauremukkan sama sekali. (Keluaran:23)
12:1. "Inilah ketetapan dan peraturan yang harus kamu lakukan dengan setia di negeri yang diberikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu untuk memilikinya, selama kamu hidup di muka bumi.
12:2 Kamu harus memusnahkan sama sekali segala tempat, di mana bangsa-bangsa yang daerahnya kamu duduki itu beribadah kepada allah mereka, yakni di gunung-gunung yang tinggi, di bukit-bukit dan di bawah setiap pohon yang rimbun.
12:3 Mezbah mereka kamu harus robohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang berhala mereka kamu bakar habis, patung-patung allah mereka kamu hancurkan, dan nama mereka kamu hapuskan dari tempat itu.
12:4 Jangan kamu berbuat seperti itu terhadap TUHAN, Allahmu. (Ulangan:12)

Jika perintah ini dilaksanakan sejak jaman Nabi Isa a.s, tentu tidak perlu ada penyembahan terhadap berhala.

DEBAT DENGAN KRISTEN
Suatu saat saya terlibat debat, tentang pembuatan patung Yesus dan penempatannya dalam gereja. Dijawab bahwa kaum Nasrani tidak menyembah patung itu, melainkan hanya untuk membayangkan Tuhan sehingga membantu konsentrasi dalam berdoa. Sebagai balasan atas pertanyaan saya mereka melontarkan bahwa Ummat Islam sendiri menyembah batu (di Ka'bah).

Saya jawab, bahwa batu (hajar aswad) di dalam Ka'bah adalah untuk mempersatukan arah kiblat sholat ummat Islam sedunia. Sebagaimana Umar ra. ketika menciumnya dia berkata, "Kau hanyalah batu biasa, yang tidak bisa memberi manfaat atau mudharat padaku. Seandainya aku tidak melihat Nabi menciummu, akupun tidak akan menciummu." Batu itu pun ditemukan secara kebetulan oleh Ismail as tatkala diperintah ayahnya, Nabi Ibrahim, untuk mencari penutup Ka'bah. Tidak ada perintah untuk menyembahnya.

Bahkan siapa saja yang melakukan sholat tidak akan terlintas bayangan batu tersebut di dalam hatinya (silakan dicoba ditanyakan). Ummat Islam tidak perlu dan tidak boleh membayangkan Tuhan, lagipula tidak akan mungkin bisa (Jika manusia bisa menggambarkan Penciptanya, berarti Dia bisa dijangkau akal, padahal batas langit saja masih belum terjangkau akal). Meski begitu banyak dari Muslim yang bisa sholat dengan khusyu'. Mestinya kaum Nasrani belajar beribadah kepada kaum Muslimin.
Minggu, 24 Mei 2009
no image

Info BEASISWA MONUKAGAKUSHO 2009

Untuk tingkat SLTA
Informasi Beasiswa Monbukagakusho
untuk Lulusan SLTA dan Sederajat

Pendaftaran Beasiswa Monbukagakusho bagi lulusan SLTA dan Sederajat untuk keberangkatan tahun 2010 dibuka pada tanggal 25 Mei 2009 dan akan ditutup pada tanggal 24 Juni 2009.

Persyaratan nilai pengambilan formulir untuk tahun ini mengalami perubahan sebagai berikut :
S-1 8,2 → 8,4
D-3 8,2 → 8,0
D-2 7,7 → 8,0

Untuk persyaratan dan keterangan lain mengenai beasiswa program ini, mohon lihat . Hanya yang memenuhi persyaratan yang akan diproses. Untuk melihat bidang-bidang studi yang ditawarkan untuk College of Technology (D-3) (Majors and Related Key Terms for Fields of Study)

Untuk S1
Informasi Beasiswa Monbukagakusho
Program Research Student
Keberangkatan 2010 untuk Umum

Pendaftaran untuk keberangkatan tahun 2010 telah dibuka pada 20 April 2009 dan akan ditutup pada tanggal 22 Mei 2009.

Program ini ditujukan untuk mereka yang berminat dalam program research student di perguruan tinggi di Jepang.

Peminat pada waktu menjalani research student diperbolehkan melamar ke program degree (S-2 / S-3 / professional graduate course) atau meneruskan program S-3 setelah menyelesaikan program S-2 / professional graduate course, apabila lulus seleksi tes ujian yang diberikan oleh universitas yang bersangkutan.

Peminat juga dapat langsung masuk ke program degree tanpa mengikuti research student apabila telah mendapatkan izin dari universitas yang bersangkutan. Beasiswa diberikan tanpa ikatan dinas, mencakup biaya kuliah dan biaya hidup.


PERSYARATAN
  1. Lahir pada dan setelah tanggal 2 April 1975.

  2. IPK minimal 3.0 baik S-1 maupun S-2 (atau nilai EJUminimal 260 dalam jumlah 2 mata ujian tidak termasuk Bahasa Jepang)

  3. Nilai TOEFL-PBT minimal 550 atau TOEFL-CBT minimal 213 atau TOEFL-IBT minimal 79 atau ekuivalen, atau nilai Japanese Language Proficiency Test minimal level 2.

  4. Memilih bidang studi yang sama dengan disiplin ilmu sebelumnya.

  5. Bersedia belajar Bahasa Jepang.

  6. Sehat jasmani dan rohani.

  7. Pelamar harus membaca dan memahami lampiran keterangan secara teliti.


CARA PELAMARAN
  1. Formulir dapat diambil di Bagian Pendidikan Kedutaan Besar Jepang, Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya dan Medan atau bisa download dari halaman ini.

  2. Formulir beserta dokumen yang diminta harus dibawa/ dikirim langsung ke Bagian Pendidikan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta (bukan ke Konsulat Jenderal Jepang).

  3. Pendaftaran dibuka pada tanggal 20 April 2009 sampai dengan tanggal 22 Mei 2009.

  4. Siapkan dokumen sesuai dengan lampiran no. 7.

  5. Download:
    Form-form yang dapat di-download dari sini adalah :
    - Application Form
    - Field of Study and Study Program
    - Recommendation Form
    - Certificate of Health


TAHAP PENYELEKSIAN
  1. Kedutaan Besar Jepang melakukan seleksi dokumen, dan akan memberitahukan kepada mereka yang lolos 1 (satu) minggu sebelum ujian tertulis. (Kurang lebih 100 pelamar dipilih melalui seleksi dokumen ini.)

  2. Ujian tertulis Bahasa Jepang dan Bahasa Inggris akan dilaksanakan di Jakarta, Surabaya, Medan pada awal Juni 2009. (Bahasa Inggris sebagai ujian pilihan. Nilai yang lebih tinggi akan dipakai untuk pertimbangan seleksi.)

  3. Wawancara akan diadakan di Jakarta bagi seluruh peserta ujian tertulis dari pada bulan Juli 2009 sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh Kedubes Jepang (biaya transportasi dan akomodasi tidak disediakan Kedubes Jepang).

  4. Bagi yang lolos seleksi di Kedubes Jepang, akan diberikan surat keterangan sbb: 1 (satu) berkas formulir beserta dokumen yang telah diberi stamp Kedubes Jepang, surat keterangan untuk perguruan tinggi di Jepang, dan lembar “Letter of Acceptance”. Pelamar boleh memilih maksimal 3 (tiga) perguruan tinggi untuk mendapatkan izin penerimaan sebagai mahasiswa program degree atau research student, atau “Letter of Acceptance” (izin penerimaan tidak resmi) sebagai research student.

  5. Untuk mencari informasi perguruan tinggi di Jepang, silakan lihat website berikut:
    Directory Database of Research and Development atau
    Asian Students Cultural Association.

  6. Harap mengirimkan surat izin atau Letter of Acceptance dari perguruan tinggi Jepang secepat mungkin ke Kedubes Jepang.

  7. Kedubes Jepang akan merekomendasikan peserta ke MEXT.

  8. Peserta akan menjadi penerima beasiswa jika lolos seleksi di MEXT.


CATATAN

Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi :
Bagian Pendidikan Kedutaan Besar Jepang
Jl. MH Thamrin no.24 Jakarta 10350
Telp. (021) 3192-4308 ext.175 atau 176


Baca sumbernya? klik disini
no image

Percakapan Antar Agama (1)

Karena ini tidak resmi, jadi mungkin tidak bida dikatakan dialog, yah?
Bersama temanku dari Laos (Buddha), Thailand (Buddha), dan Filipina (?) Kami berdiskusi sampai tengah malam, mengobrolkan konsep masing-masing agama dan teori Darwin.

Aku: Kamu percaya reinkarnasi?
Teman Laos (TL) : Ya
Aku: Kalau begitu, apa kamu tahu dulu jadi apa?
TL: (tersenyum) Tidak, aku tidak tahu...
Aku: Kamu menyembah tuhan atau leluhur?
TL: Dewa
Aku: Kamu memiliki satu dewa atau banyak dewa?
TL: Banyak dewa
Aku: Siapa yang paling kuat?
TL: Semuanya sama
Aku: Bisakah manusia menjadi dewa?
TL: Bisa
Aku: Bisakah dewa menjadi manusia?
TL: Aku tidak tahu
Aku: Kamu punya kitab suci?
TL: Tidak, kami tidak punya
Aku: Kalau begitu, bagaimana kamu mempelajari agamamu?
TL: Kami belajar dari kehidupan
Aku: Bagaimana kalau tiap orang memiliki kesimpulan yang berbeda dari kehidupannya?
TL: Aku tidak tahu...
Aku: ...

Dalam hati, aku bergumam... aku salah orang nih (dalam bertanya).






Jumat, 22 Mei 2009
Minggu, 17 Mei 2009
no image

Stres Menjelang Ujian Nasional

Setiap menjelang ujian nasional, para siswa dilanda stres yang luar biasa. Tidak hanya karena peningkatan aktivitas belajar, tetapi yang paling berat adalah beban psikologis yang diletakkan di pundak mereka; yakni apakah mereka akan lulus atau tidak. Seolah pertanyaan ini menentukan harga diri mereka, yang dari hasil ujian tersebut masyarakat akan menentukan label “pintar” bagi yang berhasil dan “bodoh” (atau bahkan “tidak berguna”) bagi yang gagal, atau paling tidak siswa akan dihantui perasaan semacam ini.

Kekhawatiran ini nampaknya tidak hanya menginfeksi siswa, tetapi juga mengepidemi pada orang tua siswa dan sekolahnya. Hal ini rupanya mendorong orang tua untuk mendaftarkan putra-putrinya ke tempat kursus sepulang sekolahnya, membuat jam lembur setelah belajarnya di sekolah. Hal mana yang ditangkap sebagai peluang bisnis yang tak akan kekurangan pasar. Tak jauh beda dengan apa yang terjadi di sekolah. Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih spesial, meski kadang diskriminatif, dengan dibentuknya kelas-kelas khusus, pelajaran-pelajaran tambahan, semua menambah ketegangan menjelang unas.

Terkadang maksud baik menampilkan hitungan mundur di halaman depan sekolah dirasakan siswa di sekolah berkualitas rendah sebagai ancaman kegagalan. Menyadari bahwa sulit bagi siswa-siswa tersebut mengejar ketertinggalannya, maka semakin mendekat ke hari-H, mereka banyak yang keluar jalur. Cara yang kemudian banyak ditoleransi oleh siswa adalah dengan berbuat “membantu orang tua”, dengan tidak jujur alias curang: mencontek. Bahkan cenderung ditanamkan oleh pihak sekolah sendiri dengan pesan-pesan eufemis “bantulah temanmu” kepada siswa yang lebih pandai di kelas dan pesan “jangan terlalu ketat, bijaksanalah” kepada pengawas ujian yang kita semua tahu maksudnya apa.

Diakui atau tidak unas-lah yang menjadi pemicu semua efek berantai tadi. Jika ini yang menjadi dampak mayor ujian nasional, maka sudah seharusnya kita bisa menilai bagaimana efektivitas mekanisme standarisasi mutu pelajar di Indonesia ini. Berkat unas, sekolah gagal menjadi instrumen pendidikan, karena siswa tidak lagi menjadi subyek, melainkan obyek menderita. Dengan kata lain yang mungkin terdengar kasar, siswa menjadi korban ambisi.

Berbeda halnya, jika bukan apa yang telah diuraikan di atas yang terjadi, maka bolehlah kita melanjutkan penyelenggaraan ujian-ujian nasional berikutnya.

[mencari artikel lain?]

Minggu, 10 Mei 2009
Lowongan Pekerjaan buat GURU

Lowongan Pekerjaan buat GURU

Nama Perusahaan : Homeschooling Primagama (HSPG)
Alamat : Jl. Bango Raya no.31C, Pondok Labu, Jakarta 12450
telp : (021) 7666238

Deskripsi : Homeschooling Primagama (HSPG), adalah merupakan system pendidikan alternatif untuk anak selain di sekolah. Keberadaannya sah dan dijamin undang–undang. Homeschooling mulai menjadi pilihan masyarakat sebagai alternatif metode pendidikan karena beberapa hal, misalnya karena adanya keinginan masyarakat untuk lebih fleksibel dalam mendidik anak, menyediakan system pendidikan yang lebih ramah terhadap perkembangan anak, maupun menjamin bahwa proses belajar mengajar anak bisa terlaksana secara maksimal.
Lowongan yang dibutuhkan, Persyaratan, Alamat Surat, Tanggal Penutupan

Lowongan untuk :
1. Staff Konselor (S-Kon)
2. Staff Kurikulum (S-Kur)
3. Guru SD (G-SD)
4. Guru SMP (G-SMP)
5. Guru SMA (G-SMA-IPA)
6. Guru SMA (G-SMA-IPS)
Lokasi Kerja di : Jakarta

Persyaratan :

1. Staff Konselor (S-Kon)
- S1 Psikologi
- Pengalaman Mengajar / Fresh Graduated
- Menyukai dunia pendidikan
- Mengerti anak kebutuhan khusus (Special Needs Students)
- Berkarakter baik dan siap bekerja keras
- Selalu ingin belajar mengenai hal baru
- Mendukung visi dan misi sekolah

2. Staff Kurikulum (S-Kur)
- Min S1 Pendidikan / Akta 4
- Pengalaman Mengajar
- Menyukai dunia pendidikan
- Mengerti mengenai kurikulum nasional, nasional plus dan international
- Dapat mengembangkan kurikulum sesuai visi dan misi sekolah
- Mendukung visi dan misi sekolah
- Berkarakter baik dan siap bekerja keras
- Selalu ingin belajar mengenai hal baru

3. Guru SD (G-SD)
Mata Pelajaran :
- Matematika
- IPA
- IPS
- Bahasa Indonesia
- Bahasa Inggris
- PPKN

4. Guru SMP (G-SMP)
Mata Pelajaran :
- Matematika
- IPA
- IPS
- Bahasa Inggris
- Bahasa Indonesia
- Pkn
- Ekonomi

5. Guru SMA (G-SMA-IPA)
Mata Pelajaran IPA :
- Matematika
- Fisika
- Kimia
- Biologi
- Bahasa Indonesia
- Bahasa Inggris

6. Guru SMA (G-SMA-IPS)
Mata Pelajaran IPS :
- Sosiologi
- Bahasa Indonesia
- Bahasa Inggris
- Ekonomi Akutansi
- Matematika
- Geografi

Persyaratan Guru SD,SMP,SMA :
- S1 Pendidikan / Akta IV
- Pengalaman Mengajar / Fresh Graduated
- Menyukai dunia pendidikan
- Mendukung visi dan misi sekolah
- Berkarakter baik dan siap bekerja keras
- Selalu ingin belajar mengenai hal baru

Alamat Surat, dsb :
Kirimkan Lamaran (tulis kode lamaran), CV dan Nomer telp yang dapat dihubungi,

via POS ke :
HRD hspg_pdklabu
Jl. Bango Raya no.31C, Pondok Labu
Jakarta 12450

atau via email ke :
hrd_hspg_pdklabu@yahoo.co.id
Tgl. Penutupan : 21 Juni 2009

Bodohnya Perokok: Lebih Penting Rokok Daripada Gizi Anaknya

Bodohnya Perokok: Lebih Penting Rokok Daripada Gizi Anaknya

Sabtu, 9 Mei 2009 | 17:06 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Evy Rachmawati

JAKARTA, KOMPAS.com - Rokok menyebabkan ketergantungan yang menjerat konsumennya tanpa pandang status sosial ekonomi penggunanya. Konsumen rokok tidak lagi mempunyai pilihan untuk menentukan apakah merokok atau menunda rokoknya demi memenuhi kebutuhan makan bagi keluarganya. Akibat ketergantungan pada rokok, kebutuhan asupan makanan bergizi bagi anak balita dalam keluarga miskin seringkali dikorbankan.

Demikian benang merah diskusi terbatas yang diprakarsai Tobacco Control Support Center-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC-IAKMI), Sabtu (9/5), di Kemang, Jakarta. Diskusi bertema Kekurangan Gizi pada Balita dan Konsumsi Rokok Keluarga Miskin ini melibatkan para pakar di bidang kesehatan dan gizi, para pengambil kebijakan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi dan akademisi.

Dengan sumber daya ekonomi terbatas, 63 persen pria dewasa dari 20 persen penduduk termiskin di Indonesia mengonsumsi 12 persen penghasilan bulanannya untuk membeli rokok yang merupakan pengeluaran kedua setelah padi-padian. Data Susenas 2006 menunjukkan, pengeluaran untuk membeli rokok adalah 5 kali lebih besar dari pengeluaran untuk telur dan susu, dua kali lipat pengeluaran untuk ikan, dan 17 kali lipat pengeluaran untuk membeli daging.

Studi pada 175.859 rumah tangga miskin perkotaan di Indonesia selama tahun 1999-2003 mendapati, sebanyak 73,8 persen kepala keluarganya adalah perokok aktif, dengan pengeluaran mingguan untuk membeli rokok 22 persen yang merupakan porsi pengeluaran terbesar di atas beras. "Perilaku merokok kepala keluarga telah menggeser pengeluaran yang seharusnya untuk membeli makanan dan meningkatkan risiko gizi kurang, anak sangat kurus dan anak sangat pendek," kata Prof Farid Anfasa Moeloek.

Dalam studi sejenis pada 361.021 rumah tangga perkotaan dan pedesaan pada tahun yang sama membuktikan, kematian bayi dan balita lebih tinggi pada keluarga yang orang tuanya merokok daripada yang tidak merokok. Risiko kematian populasi balita dari keluarga perokok berkisar 14 persen di perkotaan dan 24 persen di pedesaan.

Dengan angka kematian balita 162.000 per tahun sebagaimana diungkapkan Unicef tahun 2006, maka konsumsi rokok pada keluarga miskin menyumbang 32.400 kematian tiap tahun atau hampir 90 kematian balita per hari. Dua faktor penyebab langsung kekurangan gizi pada balita adalah asupan makanan dan penyakit infeksi yang dipengaruhi kecukupan pangan, pola asuh, dan pelayanan kesehatan tidak memadai, kata peneliti dari Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, Rita Damayanti.

Kecukupan pangan berkaitan dengan ketersediaan pangan, daya beli keluarga, dan pemanfaatan pangan. Daya beli cenderung hanya dikaitkan dengan tingkat pendapatan tanpa memperhatikan bagaimana keluarga membelanjakan uangnya sehingga uang yang tersedia menjadi tidak cukup untuk membeli makanan bergizi.

Maka dari itu, untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga miskin dan dampak lanjutannya pada status gizi balita tidak cukup hanya dengan memberi tambahan uang (BLT) dan upaya ekonomi produkti lain tanpa intervensi pada pola pengeluaran rumah tangga, khususnya untuk membeli produk adiktif seperti rokok. "Karena itu, arus-utamakan masalah tembakau pada gerakan sadar gizi dan pencapaian sasaran pembangunan milenium (MDGs)," kata Roy Tjiong dari Hellen Keller International.

Arus-utamakan masalah tembakau pada pedoman hidup bersih dan sehat, jadikan sekolah dan tempat-tempat umum bebas rokok atau kawa san tanpa rokok, lipat gandakan cukai tembakau, dan tegakkan fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang larangan merokok dengan meratifikasi aksesi Konvensi Internasional Pengendalian Tembakau atau FCTC dan advokasi Rancangan Undang Undang Pengendalian Dampak Tembakau, ujarnya.
Me in Iranian Blog

Me in Iranian Blog

Who could read Persian? I don't know what is written there, but Eslami (my friend) says, it's the symbol of Indonesian Islamic Family. This is my name written in ARABIC گیلیگ پارادهانا (Sorry if you cannot read this). See the blog here

This picture above is Eslami's handwritten Caligraphy.
Breaking News
Loading...
Quick Message
Press Esc to close
Copyright © 2013 Gilig Guru All Right Reserved